Bismillah...
Assalamu'alaikum..
Judul : Rania, Lantunan Cinta di Sepertiga Malam
Pengarang : Mia Chuz dan Nasrullah
Penerbit : KMO Indonesia
Deskripsi Fisik : vi + 290 hlm.; 20.5 cm
ISBN : 9786025317446
"Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Rabb-mu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Rabb-mu ketika kamu bangun berdiri, dan bertasbihlah kepada-Nya pada beberapa saat di malam hari dan waktu terbenam bintang-bintang (di waktu fajar)" [Ath-Thur/53: 48-49]
Rania merupakan novel bergenre romance. Cocok untuk usia remaja yang mulai dimabuk asmara. Namun dianjurkan untuk 17 tahun ke atas. Karena akan ada banyak persepsi terlebih untuk anak usia 13 - 16 tahun saya kira perlu pendampingan. Novel ini menurut saya lebih cocok untuk mereka yang sudah mengenal suka dengan lawan jenis sehingga tahu bagaimana cara mengendalikannya.
Sudah menjadi hal yang wajar jika setiap manusia selalu menerima ujian demi ujian dalam hidupnya. Begitupun Rania dan Hanif. Sebagai seorang muslim yang memilih untuk mengikuti jalan dakwah di kampus mereka mempunyai lika-liku hati yang sering terjadi dikalangan muda-mudi. Meskipun mereka berada dilingkungan organisasi yang homogen, dakwah dan sangat menjaga pandangan namun soal hati memang harus berhati-hati.
Setiap makhluk-Nya memiliki tugas masing-masing, begitupun manusia pun juga setan atau bangsa jin. Dalam jalan dakwahnya, Rania berkali-kali di pertemukan dengan Hanif. Sejak daurah pertamanya Rania yang begitu penasaran dengan imam saat tahajud hingga akhirnya ia tahu bahwa sosok itu adalah Hanif, kakak tingkat satu jurusan bahkan satu divisi di organisasinya.
Setiap kali bertemu rapat mereka saling mengendalikan diri. Hanif yang ternyata juga menaruh perhatian pada Rania, gadis yang tidak sengaja bertatapan dan mengusik harinya karena parasnya hingga mereka selalu dipertemukan seolah semesta mendukung.
Pertemuan demi pertemuan yang mereka lakukan ternyata menumbuhkan benih yang tertanam sejak awal. Hanif sering berkomunikasi di luar rapat koordinasi, perhatian yang kadang tak sadar ia berikan, hingga ia tak terkendali dan mengungkapkan rasa sukanya pada Rania. Rania kemudian menceritakannya dengan Kak Nisa, guru ngajinya. Hingga keputusan pindah divisi adalah yang terbaik untuk mereka.
Sejak saat itu mereka melepas rasa yang mengikat. Segala usaha mereka lakukan, tahajud, puasa daud, hingga melakukan banyak kesibukan demi tak mengingatnya lagi. Namun ternyata Allah masih menyisakan kebersamaan meski dalam diam.
Meski sibuk namun ternyata ingatan tetap ada. Rania menerima ajakan taaruf dari orang lain namun ternyata hatinya tak ada kecenderungan. Begitupun Hanif yang telah menerima biodata akhwat yang secara ringkas merupakan ciri-ciri yang ia harapkan. Namun Allah berkata lain, melalui Heri, mereka berdua dipaksa. Rania dipaksa menunggu, dan Hanif dipaksa maju. Hanif enggan, karena ia takut menjadi contoh yang tidak baik bagi jalan dakwahnya. Karena dulu ia sempat satu divisi dengan Rania. Namun ia diyakinkan oleh Murabbinya melalui kisah Yusuf dan Zulaikha.
"Memang proses cinta zulaikha terhadap yusuf awalnya dipenuhi dengan syahwat cinta yang salah. Zulaikha nggak pernah berhenti mencintai Yusuf. Setelah suaminya wafat, Zulaikha terus meminta pada berhala agar Yusuf diberikan padanya. Karena nggak didapatkan, zulaikha marah pada berhala-berhala itu dan menghancurkannya. Saat zulaikha sudah menyerah pada agama tauhud, Allah mengutus malaikat pada Yusuf dan menyuruh Yusuf untuk menikahi Zulaikha"
Hanif memberanikan diri untuk mengajak ta'aruf Rania hingga mereka berdua sepakat melanjutkan. Namun ternyata masih ada yang harus mereka lewati.
Dari novel ini ada hikmah yang bisa diambil. Namun saya tidak akan menyimpulkan. Karena saya ingin pembaca mampu mengambil hikmah sesuai dengan pandangan masing-masing. Novel yang rekomended untuk selalu dijadikan pengingat diri ini. :)
Sekian resensinya. Penasaran ? Baca sendiri aja lha ya. Hehe.
Syukron.
Billahi fii sabililhaq, fastabiqul khairat
Wassalamu'alaikum. ^^
Komentar
Posting Komentar